Minggu, 21 November 2010

SARASWATI (E-Book at www.papataka.com)



DAPATKAN E-book Saraswati (dari Kanti W. Janis Nominator Penulis Muda Berbakat Khatulistiwa Award 2007) di www.papataka.com
SINOPSIS:
Saraswati, secara sekilas akan terlihat sebagai cerita yang sederhana. Sebuah cerita klasik tentang persahabatan di antara pria dan wanita yang akhirnya menjadi cinta. Namun sebenarnya, kisah Saraswati,membeberkan masalah-masalah yang terus berulang di tengah masyarakat Indonesia. Masalah tentang pilihan mencintai seseorang yang terlalu banyak dicampuri oleh pemerintah, keluarga, masyarakat, dan berbagai nilai sosial di dalamnya.Saraswati seorang perempuan Bali, beragama Hindu, mencintai Disam, pria Jawa peranakan Belanda, yang hanya memiliki identitas agama seperti yang tertulis di atas KTP-nya.Agama seseorang dinilai dari sebuah tulisan di atas kartu kecil yang luasnya hanya 5,5 X 8,5 cm.
Kemudian isu pernikahan beda agama tidak hanya dipersulit oleh pemerintah. Tetapi pihak keluarga juga seringkali menambah sulitnya penyatuan dua insan ciptaan Tuhan yang saling mencintai. Berikutnya, bukan hanya isu beda agama yang menjadi masalah. Seringkali bagi suku tertentu di Indonesia, seperti halnya Saraswati yang berasal dari Bali, selalu dituntut untuk menikahi sesama orang Bali. Dari situ kita dapat melihat bahwa perbedaan suku juga masih menjadi masalah besar di Indonesia dalam hal pernikahan, jadi ke manakah semboyan Bhineka Tunggal Ika diamalkan?
Penyatuan cinta Saraswati dan Disam pun semakin sulit, karena usia Saraswati yang lebih tua daripada Disam. Memang norma umum di masyarakat membiasakan pria harus lebih tua dari wanitanya. Tapi jika cinta sudah bicara, dan mereka sudah sama-sama matang, apa yang harus dipersalahkan?
Cerita di dalam Saraswati juga menunjuk kan bahwa banyak pernikahan yang terjadi tidak berlandaskan cinta. Tapi pernikahan terjadi karena kepatutan-kepatutan yang terkandung di dalam masyarakat. Seperti bagi wanita, sebelum usia 30 sudah harus menikah, supaya tidak bilang perawan tua atau tidak laku. Harus seagama, si pria harus lebih tua, satu suku. Ya dan terjadilah pernikahan karena dorongan faktor luar. Sementara esensi pernikahan adalah menyatukan dua insan yang saling mencintai. Sebab dari dua insan yang saling mencintai itu akan terlahir banyak cinta lain untuk mengisi bumi yang sudah penuh kebencian ini.
Janganlah mempermasalahkan hal-hal yang sudah melekat semenjak kita dilahirkan ke dunia, seperti suku, keluarga dan usia. Buat apa mempermasalahkan hal-hal yang sudah tidak bisa diubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar